BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Pertempuran
5 Hari di Semarang, diawali dari isu diracuninya tendon air minum oleh Jepang,
berita tentang diracuninya tendon air minum tersebut cepat menyebar dan
kemudian didengar oleh para pemuda, dan para pemuda Semarang mulai menyiapkan
kekuatan apabila terjadi hal yang tidak di inginkan. Seorang Dokter muda
bernama Dr Karyadi, tergugah hatinya untuk menyelidiki apakah benar ada
peracunan air minum.
Akhirnya dia berangkat menuju tempat yang dimaksud, namun ditengah jalan, Dr
Karyadi dicegat oleh Jepang dan kemudian terdengarlah rentetan tembakan oleh
Jepang. Seiring dengan rentetan tembakan itu, Dr. Karyadi ikut tertembak, dan
akhirnya terbunuh di tempat. Jenazah Dr. Kariadi baru bisa dimakamkan tiga hari
setelah beliau terbunuh, ini disebabkan karena jepang yang terus – menerus
mempersempit ruang gerak para pemuda Indonesia. Kemarahan rakyat khususnya para
pemuda tidak dapat dihindarkan dan terjadilan pertempuran yang banyak
menimbulkan korban jiwa.
1.2 rumusan masalah
1.
apa
latar belakang Pertempuran lima hari di semarang?
2.
Bagaimana
sejarah pertempuran lima hari di semarang?
3.
Bagaimana
kronologi pertempuran lima hari di semarang?
4.
Siapa
saja tokoh-tokoh yang terlibat?
5.
Bagaimana
sejarah pembangunan tugu muda?
1.3 tujuan makalah
untuk
mengetahui, memahami, serta memberitahu kepada para pelajar tentan sejarah pertempuran lima hari di semarang
BAB II
Pembahasan
2.1 Sejarah pertempuran 5 hari di semarang
Pertempuran 5 Hari atau Pertempuran 5 Hari
di Semarang adalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia di Semarang melawan Tentara Jepang. Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat
rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa
transisi
(bedakan dengan Peristiwa
10 November - perlawanan terhebat rakyat Indonesia dalam melawan sekutu dan Belanda).
Pertempuran
dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945 (walau kenyataannya suasana sudah mulai
memanas sebelumnya) dan berakhir tanggal 20 Oktober 1945. 2 hal utama yang
menyebabkan pertempuran ini terjadi karena larinya tentara Jepang dan tewasnya dr. Kariadi
2.2
kronologi peristiwa
a. Masuknya
Tentara Jepang ke Indonesia
Pada
1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan
tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret,
pemerintah kolonial Belanda
menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang
b. Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dan tokoh-tokohnya
Tiga
tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah
dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki.
Peristiwa itu terjadi pada 6 dan 9 Agustus 1945.
Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya
pada 17 Agustus 1945.
c. Kaburnya
tawanan Jepang
Hal
pertama yang menyulut kemarahan para pemuda Indonesia
adalah ketika pemuda Indonesia
memindahkan tawanan Jepang dari
Cepiring ke Bulu, dan di tengah jalan mereka kabur dan bergabung dengan pasukan
Kidobutai dibawah pimpinan Jendral Nakamura. Kidobutai terkenal sebagai pasukan
yang paling berani, dan untuk maksud mencari perlindungan mereka bergabung
bersama pasukan Kidobutai di Jatingaleh.
d. Tewasnya Dr.
Kariadi
Setelah
kaburnya tawanan Jepang, pada Minggu, 14 Oktober 1945, pukul 6.30 WIB,
pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil
Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai
dan merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari
tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar pukul
18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak
sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang
menjaga sumber air minum bagi warga Kota Semarang Reservoir Siranda di Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu
disiksa dan dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar
tentara Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi
gelisah. Cadangan air di Candi, desa Wungkal, (Sekarang menjadi kawasan
industri Candi Semarang) waktu itu adalah satu-satunya sumber mata air di kota Semarang.
Sebagai kepala RS Purusara (sekarang Rumah Sakit Kariadi) Dokter Kariadi berniat memastikan
kabar tersebut. Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara,
yang memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium
Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan
racun itu. Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi
ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan
serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda.
Isteri dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi mengingat
keadaan yang sangat genting itu. Namun dr. Kariadi berpendapat lain, ia harus
menyelidiki kebenaran desas-desus itu karena menyangkut nyawa ribuan warga
Semarang. Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dalam
perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi
dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar yang
menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat
dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah,
keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat
diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan.
2.3 Tokoh-Tokoh yang terlibat
Mengenai
pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa tokoh yang terlibat adalah
sbb :
1)
dr.
Kariadi
dr. Kariadi adalah dokter yang akan
mengecek cadangan air minum di daerah Candi yang kabarnya telah diracuni oleh
Jepang. Ia juga merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara.
2)
Mr.
Wongsonegoro
Gubernur Jawa Tengah yang sempat
ditahan oleh Jepang.
3)
Dr.
Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta
Tokoh Indonesia yang ditangkap oleh
Jepang bersama Mr. Wongsonegoro.
4)
Mayor
Kido (Pemimpin Kidobutai)
Pimpinan Batalion Kidobutai yang
berpusat di Jatingaleh.
5)
drg.
Soenarti
6)Istri dr. kariadi
7) Kasman Singodimejo
Perwakilan perundingan gencatan senjata
dari Indonesia.
8) Jenderal Nakamura
) Jenderal yang ditangkap oleh TKR di
Magelang
Pihak
Jepang
1) Mayor Kido
2)
Mayor
Yogi
3)
Kapten
Wada
4)
Sersan
Tanaka
2.4
sejarah tugu muda
Tugu
ini didirikan untuk mengenang peristiwa Pertempuran Lima hari di Semarang. Peletakan
batu pertama dilakukan pada tanggal 28 Oktober 1945, oleh Mr. Wongsonegoro (Gubernur Jawa Tengah) pada lokasi yang direncanakan semula yaitu
didekat Alun-alun. Namun
karena pada bulan Nopember 1945 meletus perang melawan Sekutu dan Jepang,
proyek ini menjadi terbengkalai. Kemudian tahun 1949, oleh Badan Koordinasi Pemuda Indonesia
(BKPI), diprakarsai ide pembangunan tugu kembali, namun karena kesulitan dana,
ide ini jugaa belum terlaksana. Tahun 1951, Walikota Semarang, Hadi Soebeno Sosro Wedoyo, membentuk Panitia Tugu Muda, dengan rencana
pembangunan tidak lagi pada lokasi alun-alun, tetapi pada lokasi tempat
terjadinya peristiwa pertempuran lima hari di semarang yakni di pertemuan Jl. Pemuda,
Jl. Imam Bonjol, Jl. Dr. Sutomo, dan Jl. Pandanaran dengan Lawang Sewu seperti
lokasi sekarang ini. Akhirnya pada tanggal 10 Nopember 1951, Gubernur Jawa Tengah Boediono meletakkan batu pertama di lokasi
yang baru ini.
Tugu
muda diresmikan pada tanggal 20 Mei 1953, bertepatan dengan Hari Kebangkitan
Nasional,
oleh Ir. Soekarno, Presiden
Republik Indonesia. Desain tugu dikerjakan oleh Salim, sedangkan relief pada tugu dikerjakan oleh seniman Hendro.[2]
Batu yang digunakan antara lain didatangkan dari Kaliurang dan Paker.
Bangunan
yang berada disekitar tugumuda adalah Lawang Sewu, Gedung
Pandanaran, Rumah Dinas Gubernur
Jawa Tengah, Museum
Mandala Bhakti dan Gereja
Katedral Semarang.
Tugu
Muda berbentuk seperti lilin yang mengandung makna semangat juang para pejuang
untuk mempertahankan kemerdekaan RI tidak akan pernah padam. Bentuk Tugu muda
merupakan tugu yang berpenampang segi lima. Terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu
landasan, badan dan kepala. Pasa sisi landasan tugu terdapat relief. Keseluruhan tugu dibuat dari batu.
Untuk memperkuat kesan tugunya, dibuat kolam hias dan taman pada sekeliling tugu.
Untuk
mempercantik Tugu Muda, dibangunlah sebuah taman yang mengelilingi Tugu Muda.
Di taman ini di beri beberapa ornamen supaya tugu muda dapat dijadikann sebagai
taman kota, antara lain ada air mancur, lampu-lampu warna putih dan kuning yang
akan menambah kesan anggun di malam hari. Pada taman terdapat pohon cemara,
duplikasi senjata bambu runcing yang tegak berdiri berjajar sebanyak 5 (lima)
buah yang menggambarkan Pertempuran lima hari di Semarang dengan bersenjatakan
bambu runcing.
Pada
bagian kaki tugu terdapat relief dengan lima buah sangga pilar,yang kecuali
dipergunakan untuk menggambarkan berbagai macam relief,juga dimaksudkan sebagai
lambang Pancasila. Pada
tiap-tiap sangga terdapat hiasan-hiasan yang berbeda satu dengan yang lain
yaitu:
- Relief Hongerodeem
Menggambarkan kehidupan rakyat
Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang yang sangat tertindas dan
banyak yang menderita kelaparan,hingga hongerodeem atau penyakit busung lapar
merajalela di kalangan masyarakat.
- Relief Pertempuran
Menggambarkan betapa besar gelora
semangat serta keberanian para pemuda Semarang dalam mempertahankan kemerdekaan
negara dan bangsanya.
- Relief Penyerangan
Melambangkan perlawanan rakyat
Indonesia terhadap pihak penjajahan untuk melepaskan diri dari belenggu
penjajahan.
- Relief Korban
Menggambarakan bahwa dalam Pertempuran
Lima Hari di Semarang,banyak rakyat yang menjadi korban.
- Relief Kemenangan
Menggambarkan hasil jerih payah dan
pengorbanan yang telah membasahi bumi kota Semarang.
BAB III
Penutup
3.1
kesimpulan
Kesimpulan
pertempuran lima hari di Semarang itu mempunyai nilai tersendiri, khususnya
bagi rakyat Jawa Tengah. Peristiwa itu menunjukkan kebulatan tekad rakyat untuk
mengambil alih kekuasaan dari Jepang. Tindakan kekerasan harus diambil, karena
cara berunding dan diplomasi diabaikan oleh Jepang
3.2
saran
Pertemuran
lima hari di semarang mengisahkan banyak sejarah salah satunya adalah
nasionalisme para pemuda semarang yang menjaga bangsa Indonesia oleh gempuran
jepang. Kita harus mencontoh para pemuda semarang karena penerus jati diri
bangsa ada di tangan generasi saat ini.
Comments
Post a Comment